Thursday 21 February 2008

Senam Hamil

Last week I just had my first 'senam hamil' at the hospital..
I asked Ayah to join me, since I've been seeing the pictures of exercise for pregnant moms with their husbands assisting the moms during the exercise. So he also took the time on that Wednesday morning to go to the hospital, before he went to work.

I just found out in the exercise room that only moms involved in the exercise. All the dads were just sitting in a line of chairs behind the exercise mattress. All dads were asked by the instructor to memorize the exercise so the moms can do it again at home. (Hehehe... maaf ya Ayah,, jadi 'terjebak' di ruang senam..)

The exercise went well... some of the move were quiet hard for the moms with big tummy... After a few moves, you started to react, also made some moves inside.. I figure you were also did some exercise by yourself.. Hihihi...

Sleeping..

Since the later stage of my 7th month, I found what a pregnant moms usually experience, sleeping difficulties.. The pillow must be not too flat, so I still can breath.. If I move to the left side, I feel a little hurt in my left stomach.. It's better if I turn to the right side, but the nurse from the hospital once said that some doctors suggest not to sleep with your body facing the right side, because there's a big vena in your right side. *confusiiing...*

Not to mentioned that if I had to wake up at night to have a glass of milk.. after that, it become more difficult to get the right position to sleep..

Well, Kiddy, I hope you still can sleep well inside... Mmmwah...

Tuesday 19 February 2008

Ibu 7 Month Pregnant

My dear Kiddy,

this is a picture taken last weekend, during my later stage of my 7th month pregnancy..

Hope you are feeling well and warm inside.. :)

Love...

Little Baby Elephant for Kiddy...


Ow.. Kiddy,,, look.. Budhe Dyah just bought you something from Bangkok... it's a Jim Thompson's baby elephant toy... along with pink elephant shoes and a set of pink shirt and short.. How cute...!!! :)


Thank you Budhe Dyah and Pakde Pierre... This is kiddy's first toy... It will be placed in Kiddy's baby crib.. (The baby crib which si Ibu and Ayah are still looking... hehehe... )

Tuesday 12 February 2008

7 Bulanan (Mitoni) – Step 9: Potong Tumpeng

Acara diakhiri dengan upacara potong tumpeng. Tumpeng yang juga merupakan sesajen dalam upacara mitoni ini. Tumpeng isinya berupa tumpeng terbuat dari nasi, satu tumpeng besar di tengah-tengah dan 6 tumpeng kecil di sekelilingnya, sehingga totalnya berjumlah 7 buah tumpeng.
Sajen tumpeng juga bermakna sebagai pemujaan pada arwah leluhur yang sudah tiada.

Tumpeng dilengkapi minimal dengan: ikan, ayam (termasuk ayam goreng yang dipotong dari ayam hidup (ayam yang dibeli dalam keadaan hidup)), perkedel, tahu dan tempe serta sayur gudangan (urap) yang bermakna agar calon bayi selalu dalam keadaan segar. Urap tersebut juga dibuat tanpa cabe (tidak pedas).

Potong tumpeng dilakukan oleh calon ayah dan diterima oleh calon ibu. Lalu keduanya melakukan upacara suap-suapan.


Selain itu, juga terdapat bubur 7 rupa. Bubur merah dan bubur putih dibuat dalam 2 wadah, yang satu bubur merah dan diberi sedikit bubur putih di tengahnya, dan sebaliknya (melambangkan benih pria dan wanita yang bersatu dalam wujud bayi yang akan lahir). Pada upacara mitoni ini, bubur 7 rupa dilengkapi dengan bubur candil, bubur sum-sum, bubur ketan hitam, bubur ... dan bubur ....

7 Bulanan (Mitoni) – Step 8: Jualan Cendol dan Rujak




Selanjutnya adalah upacara jualan rujak dan cendol (dawet) oleh sang calon ayah dan calon ibu. Calon ayah membawa payung untuk memayungi calon ibu saat berjualan, sementara calon ibu membawa wadah untuk menampung uang hasil jualan tersebut. Uang yang digunakan adalah uang koin yang terbuat dari tanah liat (kreweng). Sang calon ayah menerima uang tersebut dari pembeli untuk dimasukkan dalam wadah tersebut dan sang calon ibu melayani para pembeli.
Rujak yang merupakan rujak serut tersebut juga dibuat dari 7 macam buah-buahan. Calon ibu yang meracik sendiri bumbu rujaknya, melambangkan apabila rasanya kurang enak, anaknya adalah lelaki, dan sebaliknya.

7 Bulanan (Mitoni) – Step 7: Upacara Ganti Busana

Setelah calon ibu dikeringkan dan ganti dengan pakaian kering, dilakukan acara selanjutnya, yaitu upacara ganti busana. Akan terdapat 7 kali ganti pakaian, yang berupa ganti kain dan kebaya.

Kain dalam tujuh motif melambangkan kebaikan yang diharapkan bagi ibu yang mengandung tujuh bulan dan bagi si anak kelak kalau sudah lahir.

Kain yang digunakan terdapat 7 macam, dimulai dengan urutan dan makna sebagai berikut:
1. sidomukti (melambangkan kebahagiaan),

2. sidoluhur (melambangkan kemuliaan),

3. parangkusuma (melambangkan perjuangan untuk tetap hidup),

4. semen rama (melambangkan agar cinta kedua orangtua yang sebentar lagi menjadi bapak-ibu tetap bertahan selama-lamanya/tidak terceraikan),

5. udan riris (melambangkan harapan agar kehadiran dalam masyarakat anak yang akan lahir selalu menyenangkan),
6. cakar ayam (melambangkan agar anak yang akan lahir kelak dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya).

7. Kain terakhir yang tercocok adalah kain dari bahan lurik bermotif lasem (melambangkan kain yang walaupun sederhana tapi pembuatannya sulit, membutuhkan kesabaran karena dibuatnya dari lembar per lembar benang. Melambangkan kesederhanaan cinta kasih orang tua kepada anaknya).

Pemakaian kain dibantu oleh kedua calon nenek dan ditanggapi oleh keluarga/tamu yang hadir (pada 6 kain dan kebaya pertama) dengan “kurang cocok…” serta pada kain terakhir (yang ke-7) dengan tanggapan “cocok”…

Kain-kain yang dipakaikan tadi, setelah diganti dengan kain berikutnya, diletakkan di bawah kaki calon ibu, sehingga lama kelamaan menumpuk dan melingkari kaki calon ibu. Setelah selesai dengan pakaian ke-7, calon ayah membantu mendudukkan calon ibu di atas tumpukan kain tersebut, sehingga tampak seperti ‘ayam mengerami telurnya’, yang melambangkan sang calon ibu menjaga dan memelihara calon bayi dalam kandungannya.

7 Bulanan (Mitoni) – Step 6: Pecah Kelapa

Selanjutnya, calon ayah mengambil salah satu kelapa tersebut. Mengambilnya dengan dengan mata tertutup, sehingga ia tidak tahu kelapa yang melambangkan perempuan atau laki-laki yang diambil.
Kelapa diambil dan ditempatkan di area siraman, untuk kemudian dipecahkan.
Hal ini melambangkan perkiraan jenis kelamin calon bayi tersebut.

7 Bulanan (Mitoni) – Step 5: Brojolan

Yaitu memasukkan kelapa gading muda (kelapa cengkir) yang telah dilukis Kamajaya dan Dewi Ratih. Calon ibu dipakaikan sarung (longgar saja). Bagian pinggir sarung, agar tetap longgar, dipegang oleh kedua calon kakek, masing-masing di sebelah kiri dan kanan. Kemudian sang calon ayah memasukkan satu kelapa cengkir tersebut dari atas, dan siap diterima oleh salah satu calon nenek (misalnya diawali oleh calon nenek dari pihak calon ibu). Hal ini dilakukan 3 kali berturut-turut. Setelah itu, diikuti dengan proses yang sama dengan kelapa cengkir kedua, dan diterima oleh calon nenek lainnya (calon nenek dari pihak calon ayah).
Calon nenek menerima kelapa tersebut sambil membawa selendang, dan merek kemudian menggendong kelapa tersebut (seperti menggendong bayi) dan membawanya ke kamar tidur. Kelapa tersebut kemudian ditidurkan di atas tempat tidur, seperti menidurkan bayi.
Makna simbolis dari upacara ini adalah agar kelak bayi lahir dengan mudah tanpa kesulitan.

7 Bulanan (Mitoni) – Step 4: Memutus Lawe/Benang/Janur

Berikutnya, masih di tempat siraman berlangsung, adalah upacara memutuskan lawe/benang/janur. Lawe atau Janur diikatkan ke perut calon ibu, kemudian calon ayah memutuskan lilitan tersebut. Maknanya juga agar proses persalinan berjalan lancar dan tidak ada halangan

7 Bulanan (Mitoni) – Step 3: Pecah Telur

Setelah siraman, calon ayah melakukan upacara pecah telur. 1 butir telur ayam kampung yang sebelumnya ditempelkan ke dahi dan perut calon ibu, dan kemudian dibanting ke lantai. Telur tersebut harus pecah, sebagai perlambang proses persalinan nanti dapat berjalan dengan lancar tanpa aral melintang. Dari referensi yang saya baca, ada juga yang dengan cara memasukkan telur tersebut ke dalam kain calon ibu.

7 Bulanan (Mitoni) – Step 2: Siraman





Siraman atau mandi merupakan simbol upacara sebagai pernyataan tanda pembersihan diri, baik fisik maupun jiwa. Pembersihan secara simbolis ini bertujuan membebaskan calon ibu dari dosa-dosa sehingga kalau kelak si calon ibu melahirkan anak tidak mempunyai beban moral sehingga proses kelahirannya menjadi lancar.

Siraman dilakukan oleh 7 orang yang dianggap sesepuh plus suami/calon ayah. (untuk yang terakhir ini, saya juga baru tau di hari H, bahwa sang suami juga akan menjadi pihak yang memberikan air siraman). Di samping itu, saya kira yang melakukan siraman hanyalah sesepuh yang wanita, tapi ternyata bapak dan bapak mertua turut memberikan air siraman. Bisa juga pasangan orang tua dihitung sebagai 1 orang. Seperti pada siraman kemarin, urutannya adalah: 1. Mama dan Papa, 2. Bapak dan Ibu (mertua), 3. Nenek, 4. Adik Nenek, 5. Bude dari Mama, 6. Bude dari Papa, 7. Suami.

Air siraman adalah air yang berasal dari 7 sumber, misalnya dari rumah orang tua istri, rumah orang tua suami, tetangga atau saudara lainnya. Pada air siraman juga terdapat bunga 7 rupa.

Setelah acara selesai, bagi tamu yang belum mempunyai keturunan bisa mengambil air siraman yang belum terpakai, untuk digunakan sebagai air mandi (bisa dibawa pulang). Diharapkan setelah menggunakan air tersebut, tamu tersebut bisa 'ketularan' memiliki keturunan juga.

7 Bulanan (Mitoni) – Step 1: Sungkeman




Upacara mitoni diawali dengan upacara sungkeman. Sungkeman dilakukan pertama-tama oleh calon ibu kepada calon ayah (suaminya). Kemudian, calon ibu dan ayah, melakukan sungkeman kepada kedua pasang orang tua mereka. Intinya adalah memohon doa restu agar proses kehamilan dan kelahiran kelak berjalan dengan lancar dan selamat.

7 Bulanan (Mitoni)




Dalam tradisi Jawa, bagi kehamilan pertama yang telah mencapai usia 7 bulan kehamilan, diadakan upacara syukuran atau selamatan atas kehamilan tersebut. Tujuannya adalah untuk mengucap syukur karena telah melalui tahap 7 bulan pertama kehamilan dengan selamat dan mohon keselamatan bagi cabang bayi dan sang ibu dalam menjalani tahap akhir kehamilan dan dalam proses persalinan kelak. Tujuan tambahan bagi kami adalah turut melestarikan adat istiadat yang selama ini ada.

Setelah beberapa kali mengalami perubahan jadwal, akhirnya kami melaksanakan upacara mitoni untuk calon buah hati kami, si Kiddy (panggilan sayang kami kepadanya selama dia dalam kandungan) pada hari Sabtu, 9 Februari 2008. Hari tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa upacara mitoni sebaiknya dilakukan di hari Rabu atau Sabtu.

Saya sebenarnya hanya ingat beberapa hal yang biasa dilakukan dalam upacara mitoni tersebut berdasarkan pengalaman masa kecil, di mana Nini saya almarhumah (nenek) biasa menyelenggarakan upacara tersebut bagi Oom-oom dan Tante-tante saya, serta bagi kerabat lainnya. Sekarang ini sulit mencari buku referensi mengenai bagaimana penyelenggaraan upacara tersebut. Thank you to technology, informasi tersebut bisa saya dapat hanya dengan browsing via internet. Terima kasih kepada berbagai sumber yang telah memberikan informasi tersebut.

Karena itulah, saya dalam kesempatan ini juga ingin membagi sedikit pengetahuan mengenai penyelenggaraan upacara mitoni kepada pembaca blog saya. Mudah-mudahan informasi ini bisa berguna bagi pasangan calon ayah dan ibu lainnya..


Dear Kiddy, here’s also the story of your ‘mitoni’ ceremony...

How Old Am I?

Lilypie 1st Birthday Ticker